
Sudah demikian banyak lamaran yang kukirim, baik lewat pos ataupun email, tapi tetap saja tidak ada yang nyangkut satupun. Sudah banyak pula perusahaan yang aku datangi, tapi tak satupun yang berkenan menerimaku sebagai karyawannya. Dan aku memerlukan uang secepatnya untuk biaya berobat ibuku. Tabunganku pun telah habis untuk keperluan melamar kerja ini. Batin Rian berbicara.
Ya Allah bantulah hamba-Mu ini, hamba memerlukan pekerjaan secepatnya. Pengobatan ibu hamba tidak bisa ditunda lagi. Hanya Kau tempatku bergantung saat ini. Tolonglah hamba Ya Allah. Doa Rian dengan mata berkaca-kaca teringat ibunya yang terbaring tak berdaya dirumah.
Tiba-tiba muncullah seorang pengemis dengan pakaiannya yang kotor dan lusuh didepan Rian sambil menadahkan tangannya.
'Kasihani saya pak, sudah tiga hari ini anak dan istri saya tidak makan pak. Tolong saya pak. Semoga kebaikan bapak dibalas dengan berlipat-lipat ganda oleh Allah swt. Aminn' ujar si pengemis meminta belas kasihan Rian
Terdorong oleh rasa kasihan melihat pengemis tersebut dan terbayang olehnya betapa tidak enaknya kelaparan. Maka diserahkannyalah selembar uang dua puluh ribu rupiah yang pertama kali keluar saat Rian merogoh kantongnya; dan tanpa sadarinya bahwa itu adalah satu-satunya uang yang masih dimilikinya saat itu.
'Ya sudahlah tak ada gunanya aku menahan uang ini ditanganku. Bapak itu dan keluarganya lebih membutuhkan. Semoga Allah membalas semuanya, aminn' ujar Rian dalam hati.
'Terima kasih banyak pak, semoga kebaikan bapak dilipat gandakan oleh Allah, dan bapak diberi kehidupan yang lebih baik dari sekarang, aminn' jawab sang pengemis sambil berlalu dari hadapan Rian dengan wajah berbinar-binar bercahaya.
Setelah pengemis itu pergi, Rian berencana untuk pulang. Dan baru saja hendak memberhentikan angkutan (sambil merogoh-rogoh sakunya mempersiapkan ongkos), Rian terhenyak bahwa ia tak memiliki uang lagi. Ditengah kebingungannya tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring pertanda ada panggilan masuk.
'Selamat siang dengan bapak Rian Kusuma??' sapa diseberang sana
'iya betul pak' jawab Rian dengan gugup
'Saya Andi Widjaja dari PT Maju Bersama (bukan nama sebenarnya), meminta bapak datang besok untuk mulai bekerja di perusahaan kami'
'Maksud bapak, saya diterima di perusahaan bapak?' tanya Rian memastikan dengan jantung yang berdetak makin keras
'Benar pak dan besok bapak sudah bisa mulai bekerja. Tapi gaji yang bisa kami berikan hanya sekian juta'
'Alhamdulillah, makasih pak. Saya siap bekerja besok'
'oke'
Dan percakapan itupun terhenti. Rian masih belum percaya bahwa baru saja ia menerima telp panggilan kerja, bahkan besok sudah bisa bekerja. Dan Rian sangat bersyukur karna gaji yang ditawarkan lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan ibunya. Hatinya pun tak henti-henti bersyukur atas karunia Allah.
****
Kisah diatas adalah salah satu dari sekian banyak kisah tentang keajaiban sedekah. Bagaimana Allah membalas tiap kebaikan itu dengan balasan yang berlipat-lipat kali lebih banyak dari yang disedekahkan. Ibaratnya tiap satu rupiah yang disedekahkan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Apalagi kalo jumlah sedekah itu memang banyak jumlahnya?? Bisa dibayangkan betapa banyaknya balasan yang kelak Allah beri.
Satu hal yang saya suka adalah : Bersedekah disaat lapang itu hal yang biasa dan wajar, tapi bersedekah disaat sulit dan sempit; maka itu adalah hal yang luar biasa. Hal itulah yang saat ini sedang diperjuangkan oleh kami sekeluarga; memberi dikala senang terlebih susah.
Terima kasih untuk Rian (bukan nama sebenarnya; teman ayah shishil) yang telah menceritakan kisah ini pada kami. Sungguh kisah ini sangat menginspirasi kami sekeluarga untuk lebih gemar bersedekah. Bukan untuk mendapat balasan yang lebih banyak, tapi karna percaya janji Allah itu pasti. Bahwa sedekah dapat memperbaiki kehidupan seseorang. Dari yang awalnya hina menjadi mulia, yang awalnya miskin menjadi kaya, yang awalnya enggan berbagi menjadi orang yang gemar berbagi kepada sesama. Terlepas dari benar tidaknya keluarga pengemis itu tidak makan 3 hari, karna hanya Allah yang tahu pasti tentang itu.
Dan kisah ini saya tulis untuk lebih mengingatkan saya pribadi dan keluarga. Alhamdulillah jika ternyata menginspirasi sahabat-sahabat yang lain.