Senin, 29 November 2010

Tentang Sedekah

Di sebuah kota besar bernama Jakarta, ada seorang pemuda sebut saja Rian (bukan nama sebenarnya) yang sedang duduk di pinggir jalan, tepatnya di trotoar tempat orang-orang biasa berjalan kaki. Kelihatan dari wajah kusutnya sepertinya Rian sedang gundah gulana. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Matanya yang hampa menatap jauh kedepan.

Sudah demikian banyak lamaran yang kukirim, baik lewat pos ataupun email, tapi tetap saja tidak ada yang nyangkut satupun. Sudah banyak pula perusahaan yang aku datangi, tapi tak satupun yang berkenan menerimaku sebagai karyawannya. Dan aku memerlukan uang secepatnya untuk biaya berobat ibuku. Tabunganku pun telah habis untuk keperluan melamar kerja ini. Batin Rian berbicara.

Ya Allah bantulah hamba-Mu ini, hamba memerlukan pekerjaan secepatnya. Pengobatan ibu hamba tidak bisa ditunda lagi. Hanya Kau tempatku bergantung saat ini. Tolonglah hamba Ya Allah. Doa Rian dengan mata berkaca-kaca teringat ibunya yang terbaring tak berdaya dirumah.

Tiba-tiba muncullah seorang pengemis dengan pakaiannya yang kotor dan lusuh didepan Rian sambil menadahkan tangannya.

'Kasihani saya pak, sudah tiga hari ini anak dan istri saya tidak makan pak. Tolong saya pak. Semoga kebaikan bapak dibalas dengan berlipat-lipat ganda oleh Allah swt. Aminn' ujar si pengemis meminta belas kasihan Rian

Terdorong oleh rasa kasihan melihat pengemis tersebut dan terbayang olehnya betapa tidak enaknya kelaparan. Maka diserahkannyalah selembar uang dua puluh ribu rupiah yang pertama kali keluar saat Rian merogoh kantongnya; dan tanpa sadarinya bahwa itu adalah satu-satunya uang yang masih dimilikinya saat itu.

'Ya sudahlah tak ada gunanya aku menahan uang ini ditanganku. Bapak itu dan keluarganya lebih membutuhkan. Semoga Allah membalas semuanya, aminn' ujar Rian dalam hati.

'Terima kasih banyak pak, semoga kebaikan bapak dilipat gandakan oleh Allah, dan bapak diberi kehidupan yang lebih baik dari sekarang, aminn' jawab sang pengemis sambil berlalu dari hadapan Rian dengan wajah berbinar-binar bercahaya.

Setelah pengemis itu pergi, Rian berencana untuk pulang. Dan baru saja hendak memberhentikan angkutan (sambil merogoh-rogoh sakunya mempersiapkan ongkos), Rian terhenyak bahwa ia tak memiliki uang lagi. Ditengah kebingungannya tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring pertanda ada panggilan masuk.

'Selamat siang dengan bapak Rian Kusuma??' sapa diseberang sana

'iya betul pak' jawab Rian dengan gugup

'Saya Andi Widjaja dari PT Maju Bersama (bukan nama sebenarnya), meminta bapak datang besok untuk mulai bekerja di perusahaan kami'

'Maksud bapak, saya diterima di perusahaan bapak?' tanya Rian memastikan dengan jantung yang berdetak makin keras

'Benar pak dan besok bapak sudah bisa mulai bekerja. Tapi gaji yang bisa kami berikan hanya sekian juta'

'Alhamdulillah, makasih pak. Saya siap bekerja besok'

'oke'

Dan percakapan itupun terhenti. Rian masih belum percaya bahwa baru saja ia menerima telp panggilan kerja, bahkan besok sudah bisa bekerja. Dan Rian sangat bersyukur karna gaji yang ditawarkan lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan ibunya. Hatinya pun tak henti-henti bersyukur atas karunia Allah.

****

Kisah diatas adalah salah satu dari sekian banyak kisah tentang keajaiban sedekah. Bagaimana Allah membalas tiap kebaikan itu dengan balasan yang berlipat-lipat kali lebih banyak dari yang disedekahkan. Ibaratnya tiap satu rupiah yang disedekahkan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Apalagi kalo jumlah sedekah itu memang banyak jumlahnya?? Bisa dibayangkan betapa banyaknya balasan yang kelak Allah beri.

Satu hal yang saya suka adalah : Bersedekah disaat lapang itu hal yang biasa dan wajar, tapi bersedekah disaat sulit dan sempit; maka itu adalah hal yang luar biasa. Hal itulah yang saat ini sedang diperjuangkan oleh kami sekeluarga; memberi dikala senang terlebih susah.

Terima kasih untuk Rian (bukan nama sebenarnya; teman ayah shishil) yang telah menceritakan kisah ini pada kami. Sungguh kisah ini sangat menginspirasi kami sekeluarga untuk lebih gemar bersedekah. Bukan untuk mendapat balasan yang lebih banyak, tapi karna percaya janji Allah itu pasti. Bahwa sedekah dapat memperbaiki kehidupan seseorang. Dari yang awalnya hina menjadi mulia, yang awalnya miskin menjadi kaya, yang awalnya enggan berbagi menjadi orang yang gemar berbagi kepada sesama. Terlepas dari benar tidaknya keluarga pengemis itu tidak makan 3 hari, karna hanya Allah yang tahu pasti tentang itu.

Dan kisah ini saya tulis untuk lebih mengingatkan saya pribadi dan keluarga. Alhamdulillah jika ternyata menginspirasi sahabat-sahabat yang lain.

Kamis, 25 November 2010

Shishil 19 bulan

Hari ini putri kecilnya ayah dan bunda genap berusia 19 bulan, semakin dekat ke 2 tahun. Alhamdulillah sejauh ini perkembangannya bagus, walau (mungkin) agak telat bicara tapi alhamdulillah dah makin banyak kosakata yang bisa diucapkannya. Juga ngerti banget dengan semua ucapan ayah dan bunda, cuma mungkin mo menjawabnya yang agak susah, hehe. Ini dia perkembangan shishil di 19 bulannya :

- Makin banyak kosakata yang sudah bisa diucapkan walau masih agak cadel, mis. jatoh (jatuh), neneh (nenen), aget (kaget), dadah, cucu (susu), aa/kaka (utk yang lebih besar dari shisil), dedek (utk yang lebih kecil), ee (pup (maaf)), didi (minta setel CD)

- Bisa menirukan beberapa suara hewan, seperti eeoong (suara kucing), ukk ukk (suara gukguk), mbeee (suara kambing), hap (utk cicak; ikut lagu cicak di dinding, tapi yang bisa diucapkannya hanya 'hap' nya aja). Kalo ditanya suara singa, maka jawabannya adalah mangap (karna gambar singa di poster hewan2 punya shishil, singanya sedang mangap, hehe)

- Lagi hobby banget makan dan ngemil, apa aja dimakan (hobby, lapar apa emang rakus nih, hehe). Minta bukain kulkas terus utk diliat2 isinya, kalo ada yg dimauin langsung deh diambil. liat bunda / ayah makan apa, juga pasti langsung diminta. Makanya ga heran tambah berattt banget digendong (jangan tertipu oleh perawakannya yg langsing loh ya, biarpun keliatannya kecil, tapi shishil ini tinggi loh utk anak seusianya dan digendong jg berat. Makanya bunda ga pernah ambil pusing kalo ada yg bilang koq shishil kecil ya sekarang, dan bunda yakin yg bilang spt itu pun blm tentu kuat gendong shishil 1/2 jam, lawong aybun aja gendong 15 menitan aja dah KO kalo ga pake gendongan)

- Sudah bisa pakai sandal sendiri, walopun kadang masih kebalik kanan kirinya (PR bunda nih)

- Sudah bisa disuruh sekarang (bundanya yg girang). Mis. ngambilin remote TV / VCD, ngambilin minyak kayu putih, ngambilin gendongan (kalo mo keluar rumah), ngambilin kerudung bunda (kalo dia ngajakin keluar pasti langsung ngambil kerudung bunda), pokoknya tiap disuruh dah tau benda mana yg dimaksud. Tapi bunda ga asal suruh loh ya, tentunya diawali dg kata 'tolong' dan 'terima kasih' sesudahnya.

- Lagi senang main petak umpet, sekali ngumpet ga mau diajak udahan. Pasti terus2an nutup mukanya pake kain / kasur lantai (berat banget ya pake kasur lantai, hehe)

Photo Albums at WiddlyTinks.com


- Sudah bisa mengingat kembali dimana dia menaruh barang2, mis. waktu ayah bunda pusing nyariin kunci motor, ehhh shishil tiba2 ke kasur dan ambilin kuncinya (yang dibuat mainan sama dia), juga kalo misal mo pergi dia langsung deh ambil jaket + gendongan + sepatu dikamar (good girl). Dan masih banyak lg barang2 yang disimpan shishil, entah itu di bawah jok mobil mainannya, di box mainan shishil, di lemari baju (yg tempat sebenarnya bukan disitu).

- Bikin bundanya keringatan kalo lagi dipakaikan baju tiap habis mandi, karna pasti dia lari kesana kemari. jadi perlu tenaga ekstra utk ngejarnya, hehehe

- Tambah ga bisa diam sekarang, tiap liat pintu depan kebuka, pasti langsung lari keluar. Ya memang cuma diteras rumah sih, ga pernah lebih dr itu (karna ga pake sandal), tapi kalo dah dipakaikan sandal, wusss langsung deh lari ke TK (depan rumah ada TK).

- Rajin membantu apa aja yang ayah bunda lagi kerjain saat itu, termasuk pegang2 kompor gas saat ayah/bunda lagi masak, yg akhirnya bikin ayah bunda teriak panik (takut kena cipratan minyak panas).

- Senang banget ngacak2 lemari pakaian, dan bikin lipatan pakaian yg sudah rapi jadi berantakan lagi. Tapi shishil bertanggung jawab sih, dimasukin lagi ke lemari, walaupun malah jadi tambah berantakan, hehehe

- Kalo bunda bilang 'nyanyi cicak di dinding gmn dek?' pasti jawabannya 'hap' (suara cicak sedang menangkap nyamuk). Kalo lagu burung kaka tua? kata bunda, maka jawaban shishil 'tekdung... tekdung...' (tau kan maksudnya, hehehe)

- Sudah tau nama barang2 yang ada dirumah dengan menunjuk, mis. lampu, kipas, motor, piring, kaca, gelas, kasur, dll. Kalo bunda lagi jemur baju shishil pasti bilang 'dede' (maksudnya baju dedek shishil).

Scrapbook at WiddlyTinks.com

Selasa, 23 November 2010

Shishil dan Nassita

Photo Albums at WiddlyTinks.com


Ini shishil dan tante kecilnya , walaupun shishil manggilnya 'dede' (karna semua yang lebih kecil dari dia pasti dipanggil dede).

Shishil senang banget kalo diajak ke cikupa, karna ada temen mainnya. Dia jadi anteng banget; duduk dekat Chita (panggilannya Nassita), narik2 kakinya Chita, ciumin Chita terus (makanya kemarin Chita ketularan batpil dari shishil hehehe).

Chita juga dideketin shishil girang banget; ngoceh2 terus, ketawa terus, liatin apapun yang dilakukan shishil. Padahal shishilnya ga jarang loncat2 dekat Chita yang bikin kita semua teriak2 khawatir Chita keinjak, hehehe.

Anehnya, Chita selalu nangis kejer kalo dideketin adik bunda yang satunya lagi, tante Asty. Ga tau deh kenapa, kayak musuh bebuyutan, padahal cuma ditinggal mamanya bunda mandi/sholat/ke warung sebentar aja. Tapi kalo dideketin bunda dan shishil, ketawa-ketawa terus dia. Aneh... hehehe

Senang deh liat shishil begini (senang dengan anak kecil), tapi yang paling senang sih ayah yang selalu ngompor-ngomporin untuk segera kasih adik ke shishil, hahaha. Bunda jawab, nanti dululah, tunggu shishil 2 tahun, abis belum puas sih nyayangin shishil (padahal dalam hati lebih dari 2 tahun juga ga apa2, hahaha).

Senin, 22 November 2010

Rahasia Parenting Nabi Ibrahim

Remaja itu masih berumur belasan tahun. Namun kepribadiannya telah matang. Dewasa. Jauh melampaui usia biologisnya.

Kedewasaan karakter itu tercermin dari logika keimanannya yang sempurna. Maka, begitu tahu bahwa penyembelihan dirinya adalah perintah Allah, ia menjawab dengan tenang: "Hai ayahku... kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaaffaat : 102)

Jika hari ini banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya tidak berbakti pada mereka, Ibrahim bukan hanya mendapati Ismail berbakti. Lebih dari itu Ismail pada usia remaja telah membaktikan dirinya tanpa reserve kepada Dzat yang memerintahkan berbakti kepada orang tua. Meskipun nyawa sebagai taruhannya.

Kita mungkin beralasan, bahwa Ibrahim dan Ismail adalah nabi. Tak bisa disamakan dengan manusia biasa. Memang itu benar adanya. Akan tetapi, bukankah salah satu gelar yang dianugerahkan Allah kepada Ibrahim adalah uswatun hasanah? Maka, dalam dunia parenting pun Ibrahim mencatatkan keteladanan bagi umat manusia sesudahnya. Lalu, apa rahasia parenting nabi Ibrahim?

Menjadi Orang Tua yang Baik

Sebelum dianugerahi Ismail, Ibrahim telah menyiapkan diri menjadi orang tua yang baik. Perjuangan melawan penyembahan berhala di masa muda, hingga keteguhannya berdakwah di masa tua mencerminkan keshalihan yang luar biasa. Keimanan yang sempurna juga tampak dari keberaniannya menghadapi bahaya dan kesegeraannya menjalankan perintah Allah tanpa menunda-nunda.

Istrinya yang bernama Hajar juga menyiapkan diri menjadi ibu yang baik. Dengarlah kalimatnya ketika ia bersama Ismail –yang masih bayi- ditingalkan Ibrahim di pegunungan Faran yang kini kita kenal dengan Makkah Al-Mukarramah: “Apakah Allah yang memerintahkan hal ini?” Mendengar jawaban iya dari sang suami, ia menzahirkan keimanan yang kokoh: “Kalau begitu, Allah takkan menyia-nyiakan kami.”

Pendidikan anak yang sukses bukan dimulai setelah anak itu lahir. Apalagi menunggunya sampai usia masuk sekolah. Dalam Islam, pendidikan anak bahkan dimulai sebelum anak itu berada di dalam rahim sang ibu. Karenanya, Rasulullah memerintahkan memilih pasangan hidup karena pertimbangan agama.

"Dengan demikian," kata Abdullah Nasih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad, "pendidikan anak dalam Islam harus dimulai sejak dini. Yakni dengan pernikahan ideal yang berlandaskan prinsip-prinsip yang secara tetap mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan pembinaan generasi."

Lalu bagaimana jika keluarga itu telah terbentuk dengan permulaan yang tidak ideal? Alih-alih membubarkannya, kita hanya perlu memperbaikinya. Masih ada waktu. Jika kita menginginkan anak-anak yang baik, jadikanlah diri kita terlebih dahulu sebagai (calon) orang tua yang baik. Jika kita merindukan anak-anak yang berbakti, jadikanlah diri kita menjadi orang tua yang pantas dihormati dan mendapatkan bakti.

Kekuatan Doa

Jauh sebelum Ismail lahir, Ibrahim selalu berdoa kepada Allah; bukan hanya bermunajat agar dikaruniai anak karena kini ia telah berusia tua, tetapi bermunajat agar dikarunia anak yang shalih. "Ya Rabbi...," demikian doa Ibrahim sebagaimana dicantumkan dalam QS. Ash-Shaaffaat ayat 100, "anugerahkanlah kepadaku (anak) yang termasuk orang-orang yang shalih."

"Doa adalah senjata mukmin," sabda Rasulullah SAW ribuan tahun kemudian. Maka untuk mendapatkan anak yang shalih, senjata itu harus dipakai setiap orang tua muslim. Menjadikan anak menjadi shalih berarti mengubah hati. Sedangkan penguasa hati adalah Allah. Kalau bukan Allah yang mengubahnya, kepada siapa lagi kita menyerahkan urusan yang luar biasa besar ini?

"Banyak orang tua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak," tutur M. Fauzil Adhim dalam Saat Berharga untuk Anak Kita, "tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orang tua yang caranya mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orang tua."

Bermusyawarah

Inilah tradisi parenting Nabi Ibrahim. Ia mengajak anaknya bermusyawarah, meskipun dalam persoalan kewajiban yang diketahuinya perintah Tuhan. Kita pun kemudian terkenang dengan kalimat Ibrahim yang dikabarkan Al-Qur'an dalam bahasa yang menyentuh: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (QS. Ash-Shaaffaat : 102).

"Ibrahim tidak mengambil anaknya dengan paksa untuk menjadikan isyarat Rabbnya itu hingga cepat selesai," tulis Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an ketika menafsirkan ayat ini, "Tapi... menyampaikan hal itu kepada anaknya seperti menyampaikan sesuatu hal yang biasa."

Anak yang biasa dimintai pendapatnya, ia akan merasa dirinya penting dan berharga. Sebuah emosi positif yang sangat mendukung perkembangan kecerdasannya. Anak yang diajak bermusyawarah dan didengarkan apa keinginannya, -kalaupun kurang tepat kemudian diarahkan- akan tumbuh kepercayaan dirinya. Ia menjadi subyek, bukan obyek. Dan itulah yang dilakukan Ibrahim pada Ismail. Wallaahu a'lam bish shawab.

****
sumber : muchlisin.blogspot.com

Jumat, 19 November 2010

Aku Cemburu

Suatu sore ketika tia dan hananto baru saja tiba dirumah, datanglah sang ibu mertua yang menyerahkan sebuah undangan. Tertulis dua buah nama yang akan menikah di undangan itu yang sudah sangat mereka kenal : Wulan dan Ihin (bukan nama sebenarnya). Dan ternyata memang benar, kedua nama tersebut sudah tak asing lagi bagi mereka; yang satu mantan kekasih, yang satu lagi perebut kekasih (entah yang mana yg pantas disebut perebut kekasih).

Setelah lama dipandanginya undangan itu, akhirnya tia berkomentar, 'aku ga mau dateng mas ke pernikahan mereka'.

'Loh, kenapa?' tanya hananto

'Yang diundang ini kan bukan aku, tapi istri' jawab tia.

'Maksudnya?' tanya hananto dengan raut bingung diwajah.

'Iya, disini kan ditulis untuk Hananto & istri, sedangkan mereka tau kalo namaku Tia bukan Istri, dengan kata lain undangan ini bukan ditujukan untukku, jadi untuk apa aku datang' jawab tia dengan wajah kesal karna kepolosan suaminya.

'ohh gitu, ya udah nanti aku cari deh wanita yang namanya Istri. Semoga aja dia mau kuajak ke nikahan mereka' jawab suaminya santai dan meninggalkan istrinya yang sedang cemberut.

Pikiran tia pun kembali melayang ke masa-masa SMA nya dulu, sekitar 8 tahun yang lalu. Saat dia masih duduk di kelas 1 SMA yang baru saja melewati masa MOS (Masa Orientasi Siswa), dan kaget karna ternyata wakil ketua OSIS-nya adalah mantan kakak kelas di SMP-nya; hananto. Entah karna kepolosannya atau keluguannya atau keseganannya pada hananto (kakak kelas), tia selalu menyapa (atau sekedar menganggukkan kepala) tiap kali bertemu hananto. Tanpa dia tahu, bahwa hananto lupa kalau tia adalah mantan adik kelasnya di SMP dan baru ingat setelah diberitahu teman seangkatannya dari SMP dulu. Kasian tia...

Dan tanpa tia tahu juga jika kekasih hananto; wulan cemburu melihat sikap tia yang selalu tersenyum saat bertemu hananto. Dikira tia punya perasaan juga terhadap hananto. Tia yang lagi senang-senangnya punya banyak teman baru di SMA tidak pernah membedakan dengan siapa dia akan berteman, tidak terkecuali dengan wulan yang seangkatan; yang tanpa dia ketahui sebabnya memusuhinya.

Tia baru sadar kenapa wulan memusuhinya ketika dia mengetahui bahwa hananto adalah kekasih wulan. Pantas saja sikapnya terhadapku aneh dan tidak bersahabat ternyata dia cemburu, begitu batin tia. Akhirnya tia pun tak pernah lagi menegur kakak kelasnya itu, dan ajaib, sikap wulan pun langsung ramah kepadanya. Dan tia yang menjunjung tinggi persahabatan memilih melupakan kekagumannya pada sang kakak kelas yang sangat berprestasi itu.

Hari-hari pun berjalan seperti biasa, masa SMA pun terlewati sudah dan kini tia pun sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Saat itulah teman-teman SMA-nya bermaksud mengenalkannya dengan seorang pria yang katanya cocok dengannya, yang ternyata adalah hananto (yang tentu saja sudah tidak bersama wulan). Setelah lama mencoba mengenali pribadi masing-masing (taaruf) dan menemukan kecocokan, akhirnya mereka melangsungkan pernikahan secara sederhana.

Dan dimalam pertama mereka resmi menjadi pasangan suami istri, tiba-tiba hananto meminta maaf kepada istrinya.

'Dek, mas minta maaf ya sama adek'

'Minta maaf untuk apa mas?' tanya tia bingung

'Ga tahu dulu adek merasa atau tidak; wulan pernah marah sama adek karna cemburu. Dikiranya adek suka sama mas. Mas juga ikut dimusuhi, tapi mas diemin aja.' jelas suaminya

'Ohya?? tapi kenapa mas diemin??' tanya tia sambil pura-pura tidak tahu

'Biarin aja, toh dia juga ga benar-benar suka sama mas, tapi kenapa oranglain ga boleh suka sama mas. Bener kan dulu adek suka sama mas?'

'Ihhh Ge-eR banget sih, siapa juga yang suka sama mas, ceweknya galak banget gitu. Mas tau darimana kalo dia ga benar-benar suka sama mas?' tanya tia penasaran

'Karna dia tega ninggalin mas demi kembali ke mantan kekasihnya. Tapi anehnya mas ga sakit hati, malah lega, serasa lepas dari belenggu. Mas cuma berharap semoga dipertemukan lagi dengan wanita yang benar-benar mas suka sejak pertama kali melihatnya di SMA dulu'

'Ohya?? siapa?? trus sekarang dah ketemu?' kejar tia

'Sudah donk, malah sudah dipersatukan oleh Allah sekarang'

Memerahlah wajah tia

****

Hari berlalu dan tia masih berkeras tak mau datang ke acara pernikahan itu, hingga tiba-tiba :

'Dek, mas tadi dikantor tiba-tiba kangen banget sama adek. Ga tahu kenapa, ingat wajah adek terus. Dan tiap ingat wajah adek pengennya nangis terharu' kata hananto dengan kepala di pangkuan sang istri

'Kok pengen nangis, memangnya kenapa mas?'

'Ga tahu deh, terharuuuu banget. Biarpun adek sering bikin mas kesal, sering bikin mas sebel tapi adek tetap yang terbaik yang Allah beri untuk mas, posisi adek takkan pernah tergantikan dihati mas. Tak ada siapapun yang bisa menempati posisi setinggi itu dihati mas. Mas tahu kemarin adek bilang ga mau datang ke pernikahan wulan karna adek cemburu, adek khawatir mas akan berpaling kan. Tapi adek ga perlu khawatir karna adeklah satu-satunya pemegang kunci pintu hati mas' jelas hananto dengan air mata yang kembali menggenang dimatanya

Bahagia sekali tia mendengar suaminya berkata seperti itu, walau itu bukan yang pertama yang pernah didengarnya dari sang suami.

'Ayo mas besok kita datang ke pernikahan wulan. Biar dia kaget melihat dengan siapa aku datang. Terserah yang diundang disitu istri atau siapapun' kata tia dengan mantapnya yang disambut dengan senyum suaminya.


- Herien Kriestia Hananto -
bagus atau tidak, ini bukanlah novel, tapi pengalaman kami pribadi baru2 ini, dan panggilannya sudah bukan adek-mas lagi tapi ayah-bunda, hehehe
Hananto = nama kecil Danang Andri Yanto (ayah shishil)

Senin, 15 November 2010

Penyesalan...

Postingan bunda ini bukan mau meresensi tentang film terbaru 'heart 2 heart'. Dan mudah-mudahan postingan bunda kali ini juga ga akan membuat blog ini di suspend. Karna postingan kali ini bunda tulis dengan penuh keprihatinan. Lho?? Kenapa??

Jadi waktu sabtu kemarin, saat bunda hanya berdua aja dengan shishil (ayah dikantor barunya ini hari sabtu masuk) dan bunda sedang nyuapin shishil makan siang. Tiba-tiba saat shishil nengok ke tv pas ada iklan film terbaru 'heart 2 heart', awalnya sih ga ada masalah, sampai tiba pada adegan dimana pasangan pemeran utamanya melakukan kissing di tepi danau (bunda telat ganti channel karna memang ga tau akan ada adegan spt itu di tv); shishil lantas deketin bunda dan mencium bunda berkali2 (padahal yg di tv cuma sekali) seperti yang dilihatnya di iklan tadi (biasanya bunda juga kalo cium shishil mulai dari pipi, dahi, hidung, dagu, bibir hehehe dan shishil kadang ikut2an cium ayah / bunda seperti itu, tapi kalo lagi mau aja).

Bunda jadi menyesal setengah mati, kenapa tadi ga cepat2 ganti channel, kenapa juga bunda tiba-tiba kepingin nonton tv (biasanya setel CD jalan sesama / elmo / brainy baby seharian full), kenapa adegan seperti itu bisa ada di televisi yang konsumennya dari berbagai usia, kalo memang itu lolos sensor kenapa juga tayang di jam anak2 nonton tv (siang hari bukan malam hari). Semuanya berkecamuk di benak bunda, akhirnya bunda langsung setel CD lagi sampai shishil bosan sendiri (padahal ga ada bosannya dia).

Ga tau deh apa perasaan bunda ini salah atau ngga, cuma bunda ga ingin shishil dewasa sebelum waktunya karna melihat hal2 yang tidak / belum seharusnya dilihat. Untung yang didekat shishil waktu itu bunda, jika oranglain yang menganggap itu hanya tontonan tanpa ada pengaruh apapun untuk shishil kelak? Bagaimana juga jika yang melihat itu anak yang sudah mengerti tentang hubungan lawan jenis dan akhirnya jadi menganggap hal itu wajar dilakukan?? Bunda bener2 ga bisa bayangin, jika shishil yang baru 1,5 tahun aja reaksinya begitu, apalagi anak lain yang lebih besar.

Bukan bunda ga suka dengan film yang ada adegan itu, bukan. Bunda suka nonton koq, juga suka dengan film 'heart' yang sebelum ini. Tapi bunda ga suka dengan adegan yang 'itu', entah sebelum tayang iklannya di tv diadakan sensor terlebih dahulu atau tidak.

Kalo sudah seperti ini jadi kepikiran untuk punya channel yang khusus untuk usia batita seperti shishil. Biasanya aybun cuma setelin CD aja seharian full bahkan sampe menjelang shishil tidur kembali (kalo shishil tidur sih dimatiin juga DVD playernya). Sepertinya benar2 harus diperketat lagi soal jam nonton tv untuk shishil, kecuali CD tentunya

Bagaimana dengan pendapat ibu, mama, bunda yang lain?? Salah ga sih yang bunda rasakan ini??

Jumat, 05 November 2010

Gayanya shishil

Gadis kecilnya bunda ini lagi senang bergaya sekarang, apalagi kalo tau mau difoto. Entah gaya kepala dimiringin, bibir di manyunin, dan lain sebagainya. Ayah dan bunda lagi senang mengabadikan moment-moment ini, untuk kenang2an shishil bila sudah besar kelak.

Digital Scrapbooking at WiddlyTinks.com


Seperti masa kecil ayah bunda yang juga banyak diabadikan oleh orangtua kami masing2, dan ada perasaan bahagia saat melihat foto-foto itu kembali. Serasa disayang dan diperhatikan sekali, nah bunda ingin shishil merasa hal yang sama ketika dewasa nanti.

Karna bunda ga memungkiri kelak akan ada masanya semua yang ayah bunda anggap baik, ternyata dianggap sebaliknya oleh shishil. Ketika masanya semua larangan bunda [yang notabene demi kebaikan shishil sendiri], akan dianggap sebagai bentuk kebencian dan ketidakpedulian oleh shishil. Ketika shishil menganggap bundalah orang yang paling tidak disukainya [karna pemahaman bunda dan shishil yang berbeda], ketika pertengkaran dan perang batin mewarnai hari2 kami serta shishil mulai meragukan kasih sayang ayah bunda; maka bunda berharap shishil melihat kembali foto2 ini, yang diambil oleh ayah dan bunda dengan segenap cinta.

Scrapbook at WiddlyTinks.com


Tak perlu shishil ragukan kasih sayang tulus dari ayah dan bunda untuk shishil, walaupun sudah berapa banyak airmata, kekesalan, dan sakit hati yang kelak shishil hadirkan untuk kami [ayah bunda]; cinta kami takkan pernah berubah. Shishil harus mempercayai semua itu...

Minum Sendiri

Digital Scrapbooking at WiddlyTinks.com


Alhamdulillah bidadari kecilnya bunda ini sudah bisa minum sendiri dari gelas kaca, ga pake acara gelagapan lagi, hehehe. Karna shishil sudah tau caranya agar airnya tidak masuk ke hidung (awal2 sih banyak banget yg masuk ke hidung). Walaupun ujung2nya tuh gelas jatuh (karna bunda telat ambil gelasnya dari tangan shishil), tapi bunda tetap bersyukur dengan perkembangan gadis kecil bunda ini yang pesat banget dimasa golden age'nya.

Jangan bosan mempelajari semua hal baru ya nak. Ayah dan bunda akan selalu berusaha mengajarkan semua hal baik ke shishil, sehat terus ya bidadari kecil ayah dan bunda.

Kamis, 04 November 2010

Melindungi, Mencintai...

Wanita tercipta dari tulang rusuk pria
Bukan dari kakinya untuk dihinakan
Bukan pula dari kepalanya untuk disembah
Tetapi dari tulang rusuk
Yang dekat dengan tangannya untuk dilindungi
Yang dekat dengan hatinya untuk dicintai


Dari seorang teman, saya hafal syair ini sejak SMP. Sampai sekarang saya tidak tahu persis siapa yang menggubah syair ini. Yang saya tahu, substansi syair ini tidak salah. Kata-katanya indah dan memiliki hikmah.

“Adam berjalan sendirian di surga”, kata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, “Kemudian ia tertidur sejenak. Setelah bangun, dilihatnya duduk seorang wanita di sampingnya. Ia diciptakan dari tulang rusuk Adam” Kita kini mengetahui bahwa wanita itulah nenek moyang segala umat. Namanya Hawa. Ketika Malaikat bertanya kepada Adam, mengapa namanya Hawa, Adam menjawab: “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup”.

Kita pun mendapatkan keterangan yang lebih pasti dalam shahihain. “Wanita diciptakan dari tulang rusuk”, sabda Sang Nabi yang didengar langsung oleh Abu Hurairah.

Sejarah pernah mencatat dua model perlakuan kepada wanita yang melampaui batas. Yang pertama adalah menghinakannya. Di masa Arab Jahiliyah, misalnya, wanita tidak begitu dianggap selain “mesin reproduksi”. Sebagian besar orang Arab bahkan merasa anak perempuan sebagai beban dan aib. Maka, muncullah tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup. Di masa Yunani, posisi wanita juga tidak lebih baik. Para filosof bahkan saling berdebat apakah wanita memiliki jiwa atau tidak.

Sekarang? Masih banyak penghinaan wanita dalam bentuknya yang berbeda. Dalam balutan “modernitas” wanita direndahkan dengan cara yang lain. Dieksploitasi, difungsikan sebagai “marketing tools” dan pemuas nafsu kapitalisme. Kecantikan, keindahan kulit, dan keelokan tubuh menjadi standar “nilai jual” mereka.

Ada pula catatan-catatan kecil sejarah yang mendudukkan wanita secara salah dalam memuliakannya. Catatan minor ini hendak dituntut kembali oleh sebagian kecil orang atas nama kesetaraan gender. Jika segala urusan keluarga beserta pengambilan keputusannya diambil alih oleh wanita, dan sang suami tak lebih dari prajurit setia buta, itu juga awal dari kehancuran dari arah yang berbeda.

Maka interaksi seorang suami kepada istrinya mensyaratkan dua hal: melindungi, mencintai. Melindungi bukanlah mengungkungnya dalam penjara jiwa. Bukan sikap protektif yang merampas hak-haknya. Allah pernah memperingatkan para shabat agar tidak melarang istri-istrinya ke masjid. Melindungi bukan berarti memasungnya dalam cinta. Apatah lagi dalam kungkungan tanpa cinta.

Melindungi wanita dengan demikian adalah membentenginya dari kesengsaraan jiwa. Dan tiada kesengsaraan jiwa yang lebih pedih daripada terperosok dalam neraka. Maka dalam melindungi, QS. At-Tahrim ayat 6 menjadi kaidahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Sebenarnya antara melindungi dan mencintai sulit untuk dipisahkan agar berdiri sendiri-sendiri. Seorang suami yang mencintai istrinya, ia akan melindunginya dengan segenap kemampuannya. Seorang ayah yang mencintai anaknya juga akan mati-matian melindungi mereka dari segala bahaya.

Bahkan kata-kata dan ungkapan cinta pun, dengan sendirinya ia menjadi perlindungan bagi orang yang dicintai. Hingga Mary Carolyn Davies mempuisikan dengan indah:

Ada sebuah tembok yang kuat
Di sekelilingku yang melindungiku;
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku


Meski tak dapat dipisahkan, keduanya –melindungi dan mencintai- tetap dapat dibedakan. Melindungi adalah bagian dari mencintai. Melindungi hanyalah salah satu konsekuensi mencintai. Melindungi adalah memberikan rasa aman, sementara cinta bukan hanya memberikan keamanan. Pada saat yang bersamaan atau bahkan sebelum melindungi, pekerjaan pecinta adalah memberikan perhatian. “Kalau intinya cinta adalah memberi”, kata Anis Matta dalam Serial Cinta, “maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian”.

Perhatian dalam pekerjaan mencintai membuat seorang suami berkata kepada istrinya: “Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya”. Namun pecinta sejati tidak boleh berhenti di sini. Ia harus melanjutkan dengan tahap berikutnya: penumbuhan. Pada mulanya ia menerima segala kondisi kekasihnya. Namun dalam cinta, ia memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Jadilah istrinya lebih shalihah, lebih cerdas, lebih dewasa, dan seterusnya.

Mencintai bukan berarti membiarkan tulang rusuk kita tetap bengkok. Dengan semangat penumbuhan kita diajari Sang Nabi dalam Shahihain: “Berwasiatlah yang baik kepada kaum wanita. Sebab, wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk bagian atas. Bila engkau hendak meluruskannya, maka ia akan patah. Dan bila engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kebaikan kepada kaum wanita.”

****

sumber :
Bersama Dakwah ~ muchlisin.blogspot.com

Selasa, 02 November 2010

Insiden di tengah malam

Tadi malam ada kejadian yang kurang mengenakkan untuk kami sekeluarga. Entah kenapa shishil yang awalnya sudah tidur dari jam 9 malam, tiba2 bangun jam 12. Awalnya minta minum, tapi setelah itu bukannya tidur lagi [biasanya tidur sendiri] malah segar matanya dan ngajak bundanya main.

Bunda yang dasarnya sudah ngantuk berat, akhirnya ga terlalu semangat nemaninnya, malah ga lama ni mata merem sendiri, hehehe [padahal ga tidur loh]. Shishil masih dengan asyiknya bongkar2 laci lemari box dan nemu 1 kotak kassa yang langsung dibawa ke kasur. Mainan sendiri dikasur sambil sesekali colek2 bundanya [ayahnya mah dah ke pulau mimpi].

Lama ditunggu koq ya ga tidur2 juga, akhirnya bener2 bunda cuekin, nanti ngantuk juga tidur sendiri begitu pikiran bunda. Tapi koq ya makin ga tidur2, bunda khawatir jam tidurnya terganggu, ga pernah loh dia begini. Bisa2 besok bangunnya siang lagi, kasian kan ayah bundanya mo ngantor tapi ga sempat ketemu karna shishilnya masih tidur [aybun biasakan pamit terang2an ke shishil saat mo ngantor], juga shishil kalo pagi ga sempat nenen sampai puas biasanya seharian dia uring2an. Juga bunda ga mau besok2 jadi kebiasaan main saat bangun tengah malam yang biasanya cuma minum aja. Makanya bener2 bunda cuekin abis [tega ga sih?]sambil berharap shishil segera tidur [ayah bundanya juga jadi ga bisa tidur cuma merem aja tapi tetep terganggu].

Ga lama mulai uring2an juga dia minta nenen, bunda kasih tapi tetep masih mo main, akhirnya tuh nenen bunda cabut [berharap shishil ngerti kenapa bunda kesal]. Walaupun tau bundanya marah, tetep shishil maunya nenen sambil mainan. Karna tau bundanya nyuekin, mulai deh bangunin ayahnya [bukan minta minum/apa, tapi minta temenin mainan]. Agak lama deh insiden kecil ini terjadi, yang ujungnya shishil nangis karna keasyikan bermainnya bunda larang, tapi biasanya kalo dah nangis gini ga lama akan tidur kalo dikasih nenen. Alhamdulillah, tidur juga dia dan efeknya keliatan di pagi hari saat aybun bangun utk memulai aktifitas, masih ngantuk banget booo... shishil pun jadi susah dibangunkan pagi harinya... fiuuhhh...

Paginya setelah googling sana sini akhirnya bunda dapatkan beberapa opsi kenapa hal diatas bisa terjadi, antara lain :
1. Pola tidur orangtua yang memang seperti itu juga (tidur larut malam)
2. Faktor bawaan
3. Belum terbentuknya jam biologis
4. Menuntut perhatian orangtua

Dari beberapa faktor diatas, keliataannya yang cocok dengan shishil cuma yang terakhir. Bukan berarti aybun pulang kerja malam dan waktu bermain shishil dengan kami terbatas, ngga sama sekali. Kami sampai dirumah sekitar maghrib, setelah itu adalah jam bermain dengan shishil hingga dia pergi tidur [disela2 itu tentu ada makan malam]. Jadi bisa dibilang waktu bermainnya cukup panjang [ini menurut bunda], entah dipihak shishil apa waktu sekitar 3-4 jam ini cukup sebelum dia tidur dan pagi sebelum aybun ngantor.

Anggap aja memang shishil belum puas bermain dengan orangtuanya, maka saat terbangun tengah malam pun yang diingatnya bermain. Sungguh bukannya bunda melarang dia bermain, tapi bunda tak ingin waktu tidurnya terganggu, bunda pun tak ingin shishil merasa bahwa hal itu benar dan selanjutnya akan diulangi lagi.

Seperti yang diungkapkan Mira D. Amir, Psi. bahwa tega ga tega perilaku si kecil itu tidak bisa dibiarkan terus. Kalau setiap larut malam anak ingin bermain dan diladeni terus, maka akan terjadi suatu kondisi yang dalam bahasa psikologinya disebut sebagai reinforcement (penguatan). "Anak akan menganggapnya sebagai suatu pola yang dapat diterima. Dia bisa berpikir, 'Ah kalau besok aku bangun malam lagi dan minta main, pasti Papa mau nemenin. Kan asyik. Dengan kata lain anak akan terdorong untuk melakukan hal yang sama keesokan hari dan selanjutnya. Ini sebetulnya yang perlu dihindari".

Entah mommy, mama, bunda diluar sana apa pernah mengalami hal seperti ini juga ?? Dan apa yang dilakukan ?? Jujur aja bunda sebetulnya ga tega, tapi terpaksa bunda lakukan demi kebaikan shishil sendiri. Ngerasa bersalaaahhhh banget...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...