Selasa, 25 Januari 2011

Cerbung : Dasrun (lanjutkan ya...)

Waduh... pagi2 baru nyampe kantor, dapat pesan singkat yang isinya dapat kejutan dari mba Erry Andriyati (Bibi Titi Teliti). Asli beneran terkejut, lha wong dapat tendangan maut, hahaha. Tapi tendangannya itu ga bikin benjol, tapi bikin aku jadi merenung panjaannngggg dan lamaaaaaa sekali. Fiuhhh....

Ya sudahlah diterima saja tendangan mautnya mba Erry yang berupa Cerbung ini *halah kirain tendangan apaan*.

Ohya cerbung ini aslinya dari mba Iyha, jadi bagi yang ingin membaca cerita awalnya, buka disini yah. Dan versi keduanya disini.

Berikut lanjutan cerita menurut versi aku ya... :)

====================================================================================

Jakarta, 25 Januari 2011

Pagi itu saat Madi masih dibuai mimpi, tiba-tiba sebuah tangan kasar membuyarkan mimpinya.

"Bang... Bang Madi bangun bang, dah siang koq masih tidur aja. Ga kedengeran apa dari semalem si Otong nangis aja?" suara Titin; istrinya menambah lebar mata Madi terbuka.

Dilihatnya Otong; anak ketiga mereka yang baru berusia 9 bulan, menangis dalam gendongan sang ibu.

"Kenapa emangnya si Otong?" tanya Madi sambil mengucek-ngucek mata

"Masya Allah bang, berarti Otong nangis dari semalem beneran ga kedengeran ya? Gue aja belum tidur nih dari semalam. Otong dari semalem badannya panas banget, dah dikompres tapi belom turun-turun juga. Mana si Yati keberisikan nangisnya si Otong lagi, jadinya ikut-ikutan ga tidur tuh dia" jawab Titin dengan sedikit emosi.

Berpindah pandangan Madi kepada Yati; anak kedua mereka yang berusia 3 tahun sedang asyik bermain boneka kumalnya sambil duduk dilantai tanah rumah mereka. Tiba-tiba bocah 3 tahun itu bangkit dan menghampiri ibunya.

"Mak.. Yati lapar, katanya Yati boleh makan kalo Bapak udah bangun. Tuh Bapak dah bangun" rengek bocah kecil itu kepada ibunya.

"Tuh Bang, anaknya dah kelaperan" tukas istrinya kepada Madi sambil menidurkan Otong yang kelelahan menangis hingga tertidur dengan sendirinya.

"Yati lapar ya?" tanya Madi kepada anaknya.

"Ga usah ditanya lagi Bang, kan udah denger sendiri kalo anaknya kelaperan" teriak Titin dengan gemas mendengar pertanyaan suaminya.

"Ya udah buruan gih pergi cari duit yang banyak. Soalnya kemarin Mpok Sanah udah ngancam kalo ga lunasin kontrakan yang udah 4 bulan belom dibayar, kita bakalan diusir dari sini. Terus juga si Oman tadi pagi ga mau berangkat sekolah katanya malu diledekin temen-temen sekelasnya gara-gara belom bayar uang kesenian yang cuma sepuluh ribu perak" terang istrinya.

"Tapi Abang musti cari duit sebanyak itu dimana tin, kan lu tau sendiri gerobak mie gue kemarin ketangkep sama Satpol PP pas ada razia kaki lima 2 hari yang lalu" jawab Madi dengan wajah bingung.

"Ya itu sih urusan Abang, mo gimana kek caranya, bukan urusan gue. Lagian siapa suruh jualan di Jalan Panglima Polim itu, udah tau ga boleh jualan disitu, jadinya ya begitu. Pokoknya kalo Abang pulang ga bawa duit, mending ga usah pulang aja sekalian" jawab Titin dengan emosi yang tak bisa tertahan juga akhirnya.

Keluarlah Madi dari rumah dengan wajah tertunduk lesu. Teringat nasib istri dan anak-anak mereka selanjutnya jika dia tidak bisa mendapatkan uang. Akankah ia dan keluarganya tinggal dikolong jembatan, sedangkan saat ini saja kondisi rumah kontrakan mereka jauh dari kata 'layak'. Atap yang bocor jika hujan datang, lantai tanah yang kadang ada binatang keluar dari dalam tanah tersebut.

Teringat pula gerobak mie nya yang terkena razia 2 hari lalu. Gerobak tempat dia dan keluarganya menggantungkan hidup. Gerobak yang tiap hari ia dorong menyusuri jalanan ibukota. Gerobak yang kini berada di kantor polisi.

Ahh... gue harus cari duit kemana lagi coba. Dari 2 hari kemaren aja ga ada satupun tempat yang mau nerima ijasah SMP gue. Tak terasa langkah kakinya membawanya tiba di sebuah halte di depan komplek perkantoran yang bonafid.

Lama Madi duduk disana sambil merenung. Kemudian berdatanganlah orang-orang yang baru keluar dari komplek perkantoran itu. Menanti angkutan kota / metro mini dengan wajah sumringah. Ternyata mereka pulang cepat karna hari itu setelah menerima gaji mereka selama sebulan bekerja.

Satu persatu orang-orang naik ke angkutan yang membawa mereka kerumahnya tanpa ada yang memperhatikan Madi. Dan lama setelah orang-orang itu pergi semua, muncullah seorang pria ikut menunggu metromini dihalte tersebut. Wajah lelahnya menyiratkan kebahagiaan. Tangannya tak henti-hentinya mengelus saku belakang seragam kerjanya, yang kelihatan seperti seragam Cleaning Service karna kotor dan basah dibeberapa tempat.

"Rama, tunggu ayah ya, sebentar lagi ayah tiba dirumah, nanti kita ke Pasar Malam seperti keinginanmu" gumam laki-laki itu pelan tapi sempat terdengar oleh Madi.

Kalo gue ambil duit dikantong belakang laki-laki itu pasti semua keperluan gue bisa gue penuhi. Tiba-tiba muncul ide gila dalam benak Madi. Akal sehatnya sudah tak bisa membantu lagi. Dan ketika laki-laki itu naik ke sebuah metromini setelah memberhentikannya, Madi pun mengikuti.

****

Didalam metromini yang penuh sesak, Madi dapat melihat laki-laki itu yang berdiri tak jauh dari dirinya. Madi pun beranjak mendekati tempat laki-laki itu berdiri walaupun dengan susah payah.

Setalah berdiri persis dibelakang laki-laki itu, Madi pun menolehkan wajahnya ke kanan dan kiri. Ternyata hampir semua penumpang sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk menyamankan posisi berdirinya didalam metromini itu.

Dan tak lama... tangan Madi pun merogoh kantong belakang laki-laki itu dengan sangat perlahan. Perlahan sekali... agar tak mengundang curiga siapapun didekatnya, termasuk laki-laki itu.

Tak lama merogoh akhirnya tangannya menyentuh sebuah benda. Pelan-pelan ditariknya benda itu keluar dari kantong. Ternyata itu sebuah amplop berwarna putih. Segera dimasukkan ke dalam kantong celananya sendiri dan beranjak mendekati pintu metromini.

Ketika metromini berhenti dan sang kernet sibuk dengan penumpang yang akan naik dan turun. Secepat kilat Madi turun dan membaur dengan penumpang yang turun, berharap tak ada yang memperhatikan.

****

Berlari Madi sekencang-kencangnya dari tempat itu ketika sang metromini telah beranjak pergi. Hingga tibalah ia di sebuah Musholla kecil. Tampak Marboth Musholla sedang membersihkan lantai Musholla. Segera Madi menuju ke arah yang ditunjukkan sebuah papan kecil bertuliskan 'toilet'. Sempat dilihatnya beberapa anak kecil di dalam Musholla sedang mengobrol sambil membereskan alat tulisnya, rupanya mereka baru saja selesai mengaji.

Di dalam toilet segera dibukanya amplop putih tadi. Ada banyak lembaran berwarna biru. Segera dihitungnya. Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah. Cukuplah untuk melunasi kontrakan rumahnya yang sudah 4 bulan tidak dibayar, padahal biaya perbulannya hanya Seratus dua puluh lima ribu rupiah. Cukuplah untuk membawa Otong ke puskesmas. Cukuplah untuk melunasi iuran kesenian Oman. Cukuplah untuk membeli makanan yang enak selama beberapa hari untuk anak istrinya.

Segera Madi mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat Ashar, bersyukur pada Allah karna telah memberinya rizki hari ini. Dan beberapa anak kecil tadi masih ada saat ia memasuki ruangan Musholla dan mengambil sajadah, masih sempat terdengar percakapan anak-anak itu.

"Nanti malam saya mau ke Pasar Malam lho, Ayah sudah janji!" ujar seorang anak.

"Ah, paling nggak jadi lagi, dari minggu kemarin juga ngomongnya begitu terus, bohonglah!" bantah seorang anak sambil memainkan pecinya.

"Si Dodo mah suka sirik aja deh, beneran sekarang mah. Hari ini tanggal 25 kan? Ayah saya pasti sudah gajian, Ayah sudah janji kok, kalau gajian, mau diajak ke Pasar Malam, mau beli pesawat pesawatan!" anak yang pertama kali bicara tak mau kalah.

"Wah, beneran nih Ram? Rama mau dibeliin pesawat-pesawatan? Nanti saya minjem yah!" ujar seorang anak yang dari tadi diam.

"Tenang aja Daus, semua boleh pinjem kok, tapi awas lho, jangan dirusakin yah!" jawab anak yang dipanggil Rama.

Tercekat Madi mendengar nama Rama. Karna nama itu mirip dengan nama yang disebut laki-laki tadi sebelum masuk ke dalam metromini. Apa emang ini anak yang dimaksud atau cuma kebetulan namanya sama aja?

Kembali diletakkan sajadah yang sempat diambilnya ketika melihat anak-anak itu keluar dari Musholla. Segera diikutinya kemana anak-anak itu pergi.

****

Tak jauh dari tempat Madi turun, laki-laki yang dicopet oleh Madi juga segera turun. Tepat ketika sang kernet berteriak,

"Gang Mancur..Gang Mancur.."

==================================================================================

Akhirnya cerita diatas selesai juga menurut versi aku, hehehe. Tapi nyambung ga sih ini sama 2 versi cerita sebelumnya. Semoga nyambung yah...

Kelanjutan cerita ini aku serahkan kepada Elsa tantenya Dija. Semoga mba Elsa yang cantik berkenan menerima lemparan cerbung ini ya.... :)

40 komentar:

Anonim mengatakan...

kerennnnnnnnnnnnn
dari sisi si Madi..
kenapa semua istri galak ya...

advertiyha mengatakan...

Manstaraaaaaaabbb Bunshil... :)
ini dari sisi si pecopet itu ya... ckckck... ada aja deh imajinasinya, melanglang buana euy,, hahaha,,,
bikin tante elsa muter2 nih, hayo tante, lanjutkeun,, :)

nunggu lanjutannya ah...
makasih banyak ya Bunshil udah repot2 nyambungin cerita Dasrun.. :)
semoga persahabatan kita makin erat.. :)

salam sayang buat Shisil.. :)

Necky mengatakan...

bunda shisil...koq tanggalnya 25 Desember 2010? maksudnya 25 januari 2011 khan yah??

melly mengatakan...

ceritanya bikin penasaran..ayoo lanjut, besok baca lg.

Elsa mengatakan...

HUAAAAAAAAAAAAAAAAA.....
baru aja tadi baca kisah si Dasrun di Masbro dan beberapa blog lainnya

eeeeh gak nyangka kena lemparan tongkat estafetnya si Dasrun

hehehee

aku baca baca dulu ya Mbak
dipelajari dulu
biar ngerti asal mulanya.

ESSIP mengatakan...

hahaha gara2 Mbak Iyha nih.. semua orang jadi kena virus Dasrunisme..

wuih aku juga malah kebagian tonjokan juga dari Aim.. hahaha

sip critane

Anonim mengatakan...

Salam kenal bunda sisil... dapet referensi dari putri usagi, jadi pengen baca lanjutan cerpen... manteb banget, flash back begitu...

Saya juga kebagian nih, tapi belom ditulis...hihihihihi

Bibi Titi Teliti mengatakan...

Nah lhooooo...

Ini dari sudut pandang pencopetnya ya Bunda...

Kereeeen...
detail bangeeeeet...

Udah gak sabar nunggu lanjutannya :)

Makasih sudah berkenan menerima tendanganku ya Bundaaaaa....hihihi..
*kok kalimatnya jadi aneh ya?*

nh18 mengatakan...

Ahhhaaaa ...
saya suka ini ...

Ini dari Angle yang lain lagi ...

Iyah dari sisi Dasrun
Bibi dari sisi Rama
Put Moon Usagi dari sisi Istri Dasrun

Ini dari Sisi pencopet

Saya suka ini

Salam saya

Nchie mengatakan...

tadi siang dah baca,lupa ga komen..heheh..
tambah seru cerbungnya nih,ada pencopet pula..
lanjutkan..!!
jadi penasaran nih..

salam

RZ Hakim mengatakan...

Sudut pandang yang unik, soalnya dari sisi si pencopet, yang bikin gara2, hehe. Waah, tambah seru dan tambah kaya versi nih jalur cerita yang ini. Siip..!
Salam persahabatan buat Mbak Shishil
Buat Mbak Elsa, selamat mengerjakan pr, hehe..

yustha tt mengatakan...

uuuu...kerennya....

sementara selesai membaca dari jalur ini: mb iyha - bibi tititeliti - bunda shilshil - (next)

sambil nunggu mb Elsa ngelanjutin, melaju ke jalur mb iyha - usagi - (next)

Lidya mengatakan...

ada dua jalur ya bun. lumayan baca cerbung gratis nih :)

jumialely mengatakan...

keren sekali bunda.. terus mbuntutin urunan cerbungnya... alurnya bagus sekali

i like it...

gayahidup mengatakan...

waah, hebat2 semua , yang kena ''tendangan'' dr Mbak Iyha ......
baru habis dr tempatnya Bibi Titi Teliti, yg menyoroti sisi Rama ,anaknya Dasrun .
sampai sini dpt suguhan menarik dr sisi ,sang copet, Madi...

hebat uey BunShil ...
salam

Nia mengatakan...

ternyata bunda shishil jago juga bikin cerita...penuh imajinasi...keren euuuyyyy......ajarin dong mbak, kursus gratis heheheheh

yuniarinukti mengatakan...

Nah Loh, sekarang dari sisi pencopetnya.. nasibnya Dasrun gimana nih... kelamaan termangunya ampe berlumut tuh... *udah habis rokok brp batang Kang Dasrun?* hehe...

budiarnaya mengatakan...

Wah...tambah seru aja nich ceritanya heee mantap lanjutkan bagi pemain berikutnya heee

Allisa Yustica Krones mengatakan...

walopun gak baca versi laennya, tapi aku sukaaaaa banget sama ceritanya ini, bund...suer!!!

Kakaakin mengatakan...

Hohoho... kok yang ini keren juga...
Pemilihan tokoh dan cerita amat menyentuh... :)

riez mengatakan...

ahhh memang tak disangkal lagy kalau istri adalah penentu kesuksessan suami.....

kang ian mengatakan...

wah wah jadi penasaran sama cerita selanjutnya hehe..

Mechta mengatakan...

wah...keren juga... kefakiran sungguh sangat berbahaya ya... selamat utk lanjtan cerita yg keren ini ya mbak...

Bali Property mengatakan...

suka banget aku membacanya, jadi kebayang lokasi, dan orang-orangnya hehe..
wah seru banget ceritanya. pengen segera membaca terusannya.
Bali Villas Bali Villa

chocoVanilla mengatakan...

Wahahaha..... kereen. Perang batin Madi nih :D

Anonim mengatakan...

hahaa muncul tokoh baru, madi si pencopet dan istrinya.... bunda shisil pinterrrr nulis cerbungnya... akhirnya gimana ya?

Elsa mengatakan...

sudah terbit Mbak....

Susi Susindra mengatakan...

Mbak, ikutan KUCB saja siapa tahu menang. bagus ceritanya.

Monda mengatakan...

Bagus ini bunda. Sambung lagi ke Elsa yah, berangkat.

Pakde Cholik mengatakan...

copet ada dimana-mana lho. Waspadai di tempat ramai maupun sepi.
Api critane, lanjutken.

Salam hangat dari Surabaya

Elsa mengatakan...

lho Mbak... yang versi kita, Iyha-tititeliti-bundashishil-elsa itu kan sampai bagian ke tiga nama istrinya belom muncul?? aku cari cari kayaknya gak ada, jadi aku kasih nama Siti aja.

apakah dalam versi kita, sudah ada nama istrinya Dasrun (sebelum aku namain Siti) ??

Anonim mengatakan...

o...jadi si Madi biang keroknya yang bikin Dasrun diomelin habis-habisan sama si Nting?

Makin seru nih cerbungnya, ayo mbak Elsa segera lanjutkan, lebih cepat lebih baik.

Diah Alsa mengatakan...

ohhh jadi duitnya Dasrun itu ada sama Madi ya Mbak... yaa si Madi, tega bener sih :(

anyway, salam knal mbak :)

Hanila PendarBintang mengatakan...

Bukan sekedar Dasrun, ada kehidupan lain..dasrun telah berbuat sesuatu (walau tak langsung)bermanfaat bagi orang lain...

Peluk sayang buat Dasrun, eh salah...Shishil, hehehehhe

Hennyyarica mengatakan...

assalammu'alaikum..salam kenal ya mbak.
saya didaulat sama mbak elsa untuk melanjutkan bagian kelima dari cerbung ini. harap sabar ya..masih dalam proses soalnya

ummurizka mengatakan...

kebagian sampur juga untuk menyelesaikan cerita dasrun :)
Selamat ya sukses ceritanya :)

Lely Prawesti mengatakan...

walo disela kesibukan bekerja dan ngurus si kecil masih sempat menulis panjang yah.. hehe mantap!

Elsa mengatakan...

Mbak Herien...
sudah terbit Dasrun part 5 nya lhoo, versi Henny Yarica. keren deh, hehehee

hebat ya, aku pikir, Dasrun memperluas pertemanan di dunia blog. gara gara Dasrun, kita jadi keliling ke blog-blog yang lain, akhirnya trus kenal...

Thanks to Mbak Iyha pastinya

Zulfadhli's Family mengatakan...

Wah Mba Herien ternyata ada bakat jadi penulis neh. AKhirnya baca juga versi komplitnya. eh tapi belom deng, yang punya Mba Henny Yarica belom sempet liat.

Btw jangan lupa Bun bikin cerita pertemuan dirimyu & Ayahnya Shishil, yah ikutan ngeramein kuis ekye gituh looohhh :-)

puteriamirillis mengatakan...

wah ceritanya keren mba,,,sisi madi ya..
btw udah dapat temen di kecubungnya pakdhe belum mba,,,mau dong saya diajak...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...